PEKANBARU, celotehriau.com-- Dalam dunia bisnis terkhusus perdagangan, persaingan merupakan hal yang wajar serta tidak dapat dihindari. Pedagang dituntut harus mampu berinovasi untuk meningkatkan kualitas produknya menjadi lebih efektif dan efisien agar mudah menentukan harga jual yang kompetitif untuk dapat mengoptimalkan laba serta dapat memenuhi tuntutan konsumen.
Hal itulah yang dilakukan UD Martabak Djoeragan di Pekanbaru dalam penetapan harga jual sudah kompetitif untuk mengoptimalkan laba.
Usaha martabak yang didirikan Rizky Fitri yang berdiri sejak 2013 atau saat beliau berusia 33 tahun.
Dalam kurun waktu 9 tahun, pria kelahiran Sumatera Barat ini sudah memiliki 9 cabang di Kota Pekanbaru. Yakni di daerah jalan Soebrantas Panam, jalan Harapan Raya, jalan Hangtuah, jalan Delima, jalan Kaharuddin Nasution Marpoyan, jalan Durian, jalan Bukit Barisan, jalan Yos Sudarso Rumbai, dan Sudirman.
Khusus UD Martabak Djoeragan Jalan Soebrantas yang dikomandoi Ari Pendi selaku kepala toko, memiliki 5 orang karyawan dan 1 orang kasir.
Dahulu hanya ada 4 pilihan jenis martabak yaitu martabak asin (sama seperti martabak mesir), martabak manis, martabak tipis kering,dan martabak premium. "Sekarang sudah ada 6 pilihan jenis martabak, sebagai tambahannya yaitu martabak bowl dan pizza 8 rasa," terangnya Rizky Fitri owner Martabak Djoeragan
Dalam penerapan metode alokasi biaya salahsatu hal yang dibutuhkan kata Rizki adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead.
“Bahan baku yang paling tinggi yaitu telur ayam,tepung terigu,gula karena bahan tersebut merupakan bahan utama dalam pembuatan martabak dan biaya terendah yaitu garam karena garam tidak terlalu banyak digunakan hanya sebagai bahan tambahan," ujar Bapak Rizky Fitri selaku pemilik martabak juragan.
Owner UD Martabak Djoeragan ini menerangkan, terkait biaya tenaga kerja yang dikeluarkan setiap bulannya untuk 6 orang karyawan lebih kurang sebesar Rp.15 juta.
Rizki mengakui, dalam sehari, Martabak Djoeragan bisa menjual rata rata sebanyak 300 kotak. Martabak yang paling diminati adalah martabak manis dan martabak premium. Dalam sebulan UD Martabak Djoeragan memproduksi sebanyak 3300 martabak dengan total pendapatan sebesar Rp. 49 juta.
Dalam perjalanan usahanya banyak melakukan inovasi. Dimana saat ini mempunyai berbagai macam varian rasa. Seperti rasa pandan, taro, red velvet, blacksweet.
"Pengalokasian biaya bersama dimasing-masing jenis martabak,
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja berasal dari perhitungan data yang telah dikelola, termasuk biaya overheadnya".
Perhitungan harga pokok produksi kata Owner Martabak Djoeragan lebih tinggi yaitu senilai Rp.55.337.000, dibandingkan dengan perhitungan menurut akuntansi biaya yang dihitung secara terpisah-pisah.
"Perhitungan harga pokok produksi dan penentuan harga jual pada UD.Martabak Djoeragan masih sangat sederhana serta belum disusun secara rinci dalam pengelompokkan biaya-biayanya. Perhitungan harga pokok produksi berdasarkan metode full costing pada setiap produk dapat menghasilkan keuntungan dan harga jualnya juga dapat bersaing," tegasnya. ( IUD)